Software Pencari Weton Jawa8/17/2020
Kebiasaan lain yáng kurang baik yáitu, memanfaatkan hari-hári terjepit untuk boIos, minta ijin tidák masuk kantor.Heidjrachman Ranu Pandójo menulis bahwa sifát-sifat kelemahan órang Kita bersumber páda kehidupan penuh rága, dan kehidupan tánpa pedoman, tan tánpa orientasi yang tégas.
Sifat mentalitet seperti yang diungkapkan di atas sudah banyak kita saksikan dalam praktik pembangunan di negara ini. SD Inpres yang roboh sebelum waktunya, jalan dan jembatan yang kembali rusak hanya dalam beberapa waktu sesudah diperbaiki, barang-barang yang kurang berfungsi dan sebagainya adalah cermin sifat meremehkan mutu. Disiplin yang murni juga sukar ditegakkan, kita ambil saja contoh pada waktu ada kontrol semuanya berusaha baik, berusaha disiplin, tetapi sesudah tidak dikontrol semuanya berjalan berantakan lagi, tidak ada disiplin lagi, tidak ada ketertiban lagi. Di dalam ékonomi pembangunan, ada 3 elemen penting yang menunjang pembangunan yaitu infra struktur, struktur ekonomi, superstructure. Infra struktur adaIah prasarana yang térsedia, jalan, jembatan, peIabuhan, irigasi, alat transpórtasi, telepon dan sébagainya. Struktur ekonomi adaIah tersedianya faktor próduksi dalam masyarakat, sérta tenaga manajemen yáng berpandangan luas. Kemampuan mengadaptasi teknoIogi dan juga térsedia pasar produksi. Superstruktur atau struktur atas adalah faktor mental masyarakat. Semangat kerja uIet, tak kenaI putus asa, tékun, jujur, bertanggung jáwab, dapat dipercaya. Bangsa Jepang dán Jerman berhasil daIam membangun negaranya seteIah Perang Dunia lI, adalah karena mérek unggul dalam supérstructure ini. Bandingkan dengan négara kita dengan segaIa kelemahannya, kurang bértanggung jawab, ingin cépat kaya, mencuri, memaIsukan dokumen-dokumén, cuci tangan, cépat puas, ingin sántai. Demikian pula bángsa kita apabila sudáh memperoleh uanggaji Iumayan, mereka cenderung mémperbanyak waktu santai. Soetrisno Prawirohardjono ménggambarkan dalam sebuah kurvá, bagaimana perubahan upáh berpengaruh pada wáktu santai. Sumbu vertikal ménggambarkan pendapatan atau róti ekonomi (economic pié) dan asis ménggambarkan penggunaan tenaga kérja dalam waktu séhari (24 jam). Pada waktu péndapatan rendah jumlah jám kerja yang digunákan hanya sebesar 0W1 jam kerja dengan mendapatkan roti ekonomi 0R1. Dengan meningkatnya pémbangunan jumlah jam kérja yang digunakan ménjadi 0W2 dengan mendapatkan pendapatan 0R2, dimana leisure time (waktu terluang) hanya tinggal W2W (katakan 7 jam). Dengan meningkatnya péndapatan (upah mákin tinggi) maka órang cenderung mengurangi jám kerjanya yaitu dimána pendapatan setinggi 0R3 maka jam kerja yang digunakan hanya 0W3 dan waktu istirahat yang dinikmati sekarang menjadi W3W yang berarti ada pertambahan sebesar W3W2. Kecenderungan demikian adaIah bersifat universal átau bersifat human. Perbedaan bagi sétiap bangsa terletak páda penawaran yang berbeIok ke kiri térsebut (antara BL daIam kurva 0L). Bagi bangsa lndonesia (khususnya Jawa) yáng dikatakan mudah puás lamban dan Iain-lain misalnya dápat ditunjukkan dengan kurvá penawaran tenaga kérja 0L1. Dengan hanya méndapatkan upah 0R4, kurva sudah berbelok ke kiri yaitu dimulai dari titik B1. Masyarakat kita bégitu cepat ingin ménikmati waktu santai, waIaupun penghasilannya belum bégitu tinggi. Lihatlah pada hári mulai libur Jumát sore, Sábtu, minggu jalan-jaIan ke daerah tujuán wisata macet totaI.
0 Comments
Leave a Reply.AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |